Di suatu masa...saat aku masih berusia 12 tahunan, kala itu Amir masih duduk di bangku SMP. Kisah ini aku ceritakan untuk mengingatkan kita, bahwa kasih ibu memang sepanjang jalan. ..
Membesarkan dua orang anak bagi ibu saya memang sangat berat. Ibuku hanya mengandalkan penghasilan menjadi buruh tani dan hasil kebun yang tidak seberapa luas, tentu sangat berat untuk membiayaiku dan adiku sekolah. Pagi buta, ibu sudah menyiapkan hasil kebun untuk dijual ke pasar. Beberapa ikat daun melinjo, daun bayam, dan buah pepaya dia gendong ke pasar dengan jalan kaki yang jauhnya lebih dari 3 kilo. Hasilnya tentu tidak seberapa. Uang lusuh ribuan, dan uang receh dia kumpulkan. Hanya untuk membiayai kami berdua sekolah.
Aku masih ingat, tangan ibu yang kusut dan telapak tangan yang kasar menata lembaran uang ribuan yang dia peroleh berjualan dari pasar dengan mata berbinar. Ditatapnya uang yang kumal beraroma apak dan lusuh itu dengan senyuman penuh harap. “ Aku ingin anak-anaku bersekolah agar bisa hidup lebih baik tidak seperti saya” Mungkin begitulah ucapan hati kecil ibuku saat itu. Terbukti, meskipun dengan susah payah, ahirnya aku bisa menyelesaikan studiku hingga meraih gelar sarjana. Yah..meskipun tidak hidup serba berkecukupan, namun alhamdullillah...aku bisa membantu orang tua, aku tau ibu...semua ini tak ada artinya dibandingkan pengorbanan ibu membesarkan kami dan mendidik kami dengan baik, meskipun dalam kondisi serba terbatas. Tidak ada kata yang indah selain ucapan terimakasih ibu telah membesarkan kami dengan baik. Doa kami untuk ibu semoga senantiasa sehat...amin.
Ibu, 27 tahun sudah usiaku, merantau ke Jakarta adalah pilihan hidupku. Dengan semangat, ingin membahagiakan ke dua orangtuaku... Ibu, Amir berjanji, akan menjaga ibu hingg akhir hayat dengan cinta dan ikhlas.., seperti saat ibu menjaga amir waktu kecil dulu. Ibu malam ini Amir kangen ibu...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar